Sobat…!
Bukankah nyawa sama kita dapat malam
Diikhwal kegelapan pekat
Saat kapal terombang-ambing gelombang
Dikesunyian yang berkarat
Saat sang fajar datang
Malaikat pun menyulam sari sutra
Dari balik mihrab bercahaya
Sebagai bingkisan untuk bunda
Dari sebuah kehampaan
Bidadari pun tlah ajarkanmu
Untuk menari di atas gelombang
Tapi…. mengapa kau ludahi tanah ketika kau bermimpi terbang ke awan ?
Bagaimana mungkin kau mampu melukis pelangi di dalam kabut ?
Sedangkan istanamu gubuk para budak-budak dunia durjana
Sekarang….
Buanglah keangkuhan anganmu
Lalu pulanglah !
Sulap gubukmu sebagai istana untuk bunda
Ratukan dia agar semesta pun bangga
Melihat ibundamu bagai bidadari Syurga, di kemayaan dunia
Ayolah sobat….!!
Rasakan getar nurani itu
Itu…..
Itu….
Ibumu….
Ibumu….
Ibumu….
Bukan karena aku malu kau tak bisa dibangga
Tapi karena aku malu tak mampu buat kamu bangga
Sedang aku ingin kau dan aku
Pantas bangga atas nama bunda
0 comment